WASPADA TERHADAP NERAKA

Waspada Terhadap Neraka


Hasil gambar untuk Waspada Terhadap Neraka
Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, dan sahabatnya. Wa ba’du.

Allah telah menyebutkan deskripsi neraka Jahannam wal ‘iyadzu billah. Ia merupakan kampung yang Allah persiapkan untuk musuh-musuh-Nya dari kalangan orang-orang kafir, munafik, ahli maksiat, dan orang-orang fasiq. Itulah negeri bagi golongan orang-orang yang buruk. Allah telah sediakan berbagai jenis adzab yang mana tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia Subhanahu wa Ta’ala semata. Meskipun demikian, Dia jelaskan beberapa macam siksa neraka di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Neraka memiliki banyak tingkatan ke bawah, sebagiannya lebih rendah daripada yang lain. Sedangkan surga memiliki banyak tingkatan ke atas, sebagiannya lebih tinggi daripada yang lain. Tingkatan neraka tersebut menjadi tempat tinggal bagi penghuninya sesuai dengan amalnya. Sebagiannya lebih keras siksaannya dibandingkan yang lain. Adapun orang munafik merekalah penduduk kerak neraka.

إِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ فِيْ الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu berada di tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan engkau tidak akan menjumpai seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An-Nisa’: 145).

Orang munafik ialah orang yang menampakkan keislaman dalam rangka mengelabui dan berbuat tipu daya. Hati mereka kafir dan ingkar. Mereka mengingkari Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan syariat yang beliau bawa. Akan tetapi mereka memperlihatkan keislaman untuk kemaslahatan mereka. Oleh karenanya, adzab mereka lebih pedih daripada orang-orang kafir yang terang-terangan menunjukkan kekafiran dan permusuhan mereka. Karena orang-orang kafir yang terang-terangan dapat dikenali oleh kaum muslimin sehingga kaum muslimin bisa menyiapkan perlengkapan untuk menjaga diri dari keburukan mereka. Adapun orang-orang munafik, mereka menampakkan keislaman.

يُخَادِعُوْنَ اللهَ وَالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَمَا يَخْدَعُوْنَ إِلاَّ أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَ

“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Padahal tidaklah mereka menipu kecuali diri mereka sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 9).

Akan tetapi kaum mukminin husnuzhan (baik sangka) kepada mereka dan tidak berhati-hati terhadap mereka. Mereka adalah mata-mata orang-orang kafir dan Yahudi. Mereka tunjukkan kelemahan-kelemahan kaum muslimin kepada orang-orang kafir. Mereka senantiasa merasa gembira dengan kemenangan orang-orang kafir dan senantiasa merasa marah dengan kebangkitan dan kemuliaan Islam. Inilah sifat-sifat orang munafik. Oleh karena itu, mereka berada di kerak paling dasar dari neraka. Sedangkan orang-orang kafir yang lain berada di atas mereka.

Neraka memiliki beberapa nama yaitu an-nar, jahannam, as-sa’ir, saqar, al-jahim, al-hawiyah, dan nama-nama yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa neraka mempunyai banyak tingkatan dan penghuninya berbeda-beda dalam adzab dan tempat tinggalnya. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kabarkan,

إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا مَنْ يُوْضَعُ فِيْ أَخْمَصِ قَدَمِهِ جَمْرَةٌ يَغْلِيْ مِنْهَا دِمَاغُهُ

“Penduduk neraka yang paling ringan siksanya adalah seseorang yang kedua telapak kakinya dipakaikan sandal lantas mendidihlah otaknya.” (HR. Bukhari no. 6561 dan Muslim no. 213).
Dalam riwayat lain,

يَلْبَسُ نَعْلَيْنِ مِنْ نَارٍ يَغْلِيْ مِنْهَا دِمَاغُهُ، مَا يَرَى أَنَّ أَحَدًا أَشَدُّ عَذَابًا مِنْهُ مَعَ أَنَّهُ أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا

“Dia mengenakan dua sandal dari api yang membuat otaknya mendidih. Dia tidak melihat ada seorang pun yang lebih keras adzabnya dibandingkan dirinya. Padahal dia adalah penghuni neraka yang paling ringan siksanya.” (HR. Muslim no. 213/364) [1].

Ini hanyalah adzab yang paling ringan. Lantas bagaimana dengan adzab yang paling keras? Wal ‘iyadzu billah.

Minuman mereka adalah mahl yaitu air yang sangat panas atau shadid yaitu nanah yang mengalir dari tubuh penghuni neraka. Makanan mereka zaqqum yang tumbuh di neraka.

إِنَّ شَجَرَتَ الزَّقُّوْمِ طَعَامُ الْأَثِيْمِ

“Sesungguhnya pohon zaqqum itu adalah makanan orang yang banyak dosa.” (QS. Ad-Dukhan: 43-44).

Di ayat yang lain,

إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِيْ أَصْلِ الْجَحِيْمِ طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوْسُ الشَيَاطِيْنِ فَإِنَّهُمْ لَأَكِلُوْنَ مِنْهَا فَمَالِئُوْنَ مِنْهَا الْبُطُوْنَ ثُمَّ إِنَّ لَهُمْ عَلَيْهَا لَشَوْبًا مِنْ حَمِيْمٍ ثُمَّ غِنَّ مَرْجِعَهُمْ لَإِلَى الْجَحِيْمِ

“Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka yang menyala. Mayangnya seperti kepala setan. Sesungguhnya mereka memakan sebagian dari buah pohon itu maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu. Kemudian mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. Lalu sesungguhnya tempat kembali mereka adalah neraka Jahim.” (QS. Ash-Shaffat: 64-68).

Minuman mereka –wal ‘iyadzu billah– adalah minuman yang paling jelek dan paling panas yang memanggang wajah. Jika minuman tersebut dihidangkan ke wajah peminumnya, maka terkelupas wajahnya dan lepas kulit wajahnya karena panas yang sangat dahsyat. Makanan mereka adalah zaqqum dan pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar. Mereka senantiasa dalam kelaparan. Mereka makan tetapi makanan tersebut tidak dapat mengusir lapar. Demikian pula mereka minum, tetapi minuman tersebut tidak mampu membuang dahaga. Tiap kali mereka minum, akan bertambahlah rasa haus mereka.

وَأَصْحَابُ الشِّمَالِ مَا أَصْحَابُ الشِّمَالِ فِيْ سَمُوْمٍ وَحَمِيمٍ وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُوْمٍ لاَ بَارِدٍ وَلاَ كَرِيْمٍ إِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذَلِكَ مُتْرَفِيْنَ وَكَانُوْا يُصِرُّوْنَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيْمِ

“Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu? Dalam siksaan angin yang amat panas, air panas yang mendidih, dan naungan asap yang hitam, tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Sesungguhnya mereka itu sebelumnya hidup bermewahan. Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar.” Yaitu berbuat syirik.

وَكَانُوْا يَقُوْلُوْنَ أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَءِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَ

“Dan mereka selalu mengatakan: Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan belulang, apakah sesungguhnya kami akan dibangkitkan kembali?” Mereka mengingkari kebangkitan.

Lantas Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya,

قُلْ إِنَّ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ لَمَجْمُوْعُوْنَ إِلَى مِيْقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُوْمٍ ثُمَّ إِنَّكُمْ أَيُّهَا الضَّالُّوْنَ الْمُكَذِّبُوْنَ لَأَكِلُوْنَ مِنْ شَجَرٍ مِنْ زَقُّوْمٍ فَمَالِئُوْنَ مِنْهَا الْبُطُوْنَ فَشَارِبُوْنَ عَلَيْهِ مِنَ الْحَمِيْمِ فَشَارِبُوْنَ شُرْبَ الْهِيْمِ

“Katakanlah: Sesungguhnya orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan akan dikumpulkan di waktu yang tertentu pada hari yang dikenal. Kemudian sesungguhnya kalian wahai orang-orang yang sesat lagi mendustakan akan memakan pohon zaqqum dan akan memenuhi perut kalian dengannya. Lalu kalian akan meminum air yang sangat panas. Maka kalian minum seperti unta yang sangat haus.” (QS. Al-Waqi’ah: 41-55).

Al-him adalah unta yang kehausan, karena apabila unta sangat dahaga, maka ia akan sangat semangat minum. Demikian pula penduduk neraka. Mereka meminum air yang sangat panas sebagaimana minumnya unta yang kehausan.

هَذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ الدِّيْنِ

“Itulah hidangan untuk mereka pada hari pembalasan.” (QS. Al-Waqi’ah: 56) Nuzuluhum yakni jamuan mereka –wal ‘iyadzu billah-. Itulah jamuan yang paling buruk.

Demikianlah neraka beserta penghuninya. Neraka tidaklah khusus bagi orang-orang kafir semata, tetapi ia juga dimasuki oleh orang-orang beriman pelaku maksiat, pelaku dosa kecil, dan pelaku dosa besar. Mereka memasuki neraka, disiksa di dalamnya, dan tinggal disana dalam waktu yang lama hingga mereka menjadi arang. Mereka hangus dan tubuh mereka berubah menjadi arang. Kemudian mereka keluar dari nereka setelah diadzab. Lalu mereka dilempar ke sungai kehidupan. Lantas tumbuhlah jasad mereka. Selanjutnya mereka dimasukkan ke dalam surga.

Kesimpulannya, seorang beriman tetapi hobi maksiat berada dalam bahaya yang besar. Selayaknya seseorang tidak terkecoh dan mengatakan bahwa dirinya beriman. Lantas ia kerjakan berbagai jenis maksiat dan meremehkannya. Ia menyangka bahwa maksiat tersebut tidak akan mencelakainya. Padahal maksiat –wal ‘iyadzu billah– bahayanya sangatlah dahsyat. Ia akan menyeret pelakunya ke dalam neraka dan menyiksanya di dalamnya. Boleh jadi ia tinggal di dalamnya beratus-ratus tahun. Barulah ia keluar dari neraka setelah itu. Dengan demikian, bahaya maksiat sangatlah mengerikan. Tidak ada yang mengetahui sifat neraka kecuali Allah ‘Azza wa Jalla. Akan tetapi Dia jelaskan sebagian deskripsi neraka supaya orang-orang beriman waspada terhadap amal-amal yang mengantarkan mereka ke neraka. Semua hawa nafsu yang haram dan maksiat dengan berbagai macam bentuknya akan menyeret seseorang ke dalam neraka.

Bahaya maksiat sangatlah besar. Sepatutnya bagi seseorang menjauhi maksiat baik itu dosa besar maupun dosa kecil. Karena dosa kecil yang diremehkan oleh seseorang akan berubah menjadi dosa besar. Di samping itu, dosa kecil akan bertumpuk-tumpuk pada diri seseorang lantas dosa itu pun akan membinasakannya sebagaimana lembah itu mengalir dari tetesan air hujan. Demikian pula maksiat akan berkumpul pada diri seseorang lalu maksiat itu akan mencelakakannya.

Wajib bagi seorang muslim untuk berhati-hati dengan maksiat. Apabila ia terjerumus dalam salah satu maksiat, hendaknya ia segera bertaubat. Karena Allah Jalla wa ‘Ala menerima taubat yang bertaubat kepada-Nya. Di samping itu, hendaknya ia tidak meremehkan maksiat dan terkecoh dengan penundaan adzab dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Janganlah ia takjub dengan dirinya sendiri lantas larut dalam maksiat dan mengandalkan harapan yang baik dan rahmat Allah. Benar, rahmat Allah sangatlah luas. Namun, adzab dan hukumannya juga sangatlah keras.

aka, hendaknya seseorang tidak merasa aman dari makar Allah dan tidak menggampangkan maksiat. Boleh jadi ia meremehkan dosa kecil, lalu dosa kecil itu akan menyeretnya menuju dosa besar. Boleh jadi ia menganggap enteng dosa kecil, lantas dosa kecil itu akan membesar dan membinasakan pelakunya sedang ia tidak menyadarinya. Wajib bagi seseorang untuk waspada terhadap semua bentuk maksiat dan dosa, bersegera bertaubat, memperbanyak istighfar, memperbanyak kebaikan dan amal shalih, dan mengharap rahmat Allah, serta takut dengan siksa Allah. Hendaknya ia gabungkan antara rasa takut dan rasa harap.

Kami memohon kepada Allah agar memberikan taufiq kepada kita semua untuk mengerjakan amal shalih yang Dia cintai dan ridhai. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad dan keluarganya serta sahabatnya.
***
Diterjemahkan dari Majalis Syahri Ramadhan Al-Mubarak, karya Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan, cetakan Darul ‘Ashimah, cetakan kedua, tahun 1422 H, Riyadh, hal. 51-54.

Catatan kaki
[1] Dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُوْ طَالِبٍ، وَهُوَ مُتَنَعِّلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِيْ مِنْهُمَا دِمَاغُهُ

“Penduduk neraka yang paling ringan adzabnya adalah Abu Thalib. Dia memakai dua sandal yang membuat otaknya mendidih.” (HR. Muslim no. 212).

***


sumber : Muslimah.or.id

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »