Wanita Karir Dalam Pandangan Islam

 Wanita Karir Dalam Pandangan Islam

Mungkin banyak dari umat Islam yang bingung akan sosok wanita karir dalam pandangan Islam, belum lagi karena disebut-sebut ada sebuah hadist yang menyebutkan bahwa tidaklah pantas menyerahkan urusan kepada wanita. Apakah hadist tersebut shahih? Apakah ini berarti Islam menentang para wanita memiliki pekerjaan mereka sendiri dan hanya boleh mengurus urusan rumah tangga saja?
“Tidaklah akan beruntung jika suatu kaum kemudian menyerahkan kepada seorang wanita, urusan mereka.” Mungkin hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari inilah yang menjadi sumber ketakutan dan kebingungan akan sosok wanita yang bekerja jika dilihat melalui kacamata Islam. Ternyata, hadist ini adalah komentar yang dilontarkan oleh Rasulullah ketika ia mendengar berita tentang pengangkatan yang dilakukan oleh Raja Persia terhadap putri Kisra. Dan ternyata juga, ada beberapa kalangan yang meragukan keshahihan dari hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari tersebut.
Faktanya, wanita karir dalam Islam memiliki posisi yang cukup tinggi karena itu berarti ia bisa berdiri sendiri. Islam tidak pernah menyuruh atau menyariatkan para lelaki untuk mengurung istri-istri mereka di dalam rumah mereka masing-masing, berlawanan dengan apa yang dipercaya oleh orang-orang kebanyakan. Bahkan istri dari nabi Muhammad SAW sendiri merupakan seorang wanita yang aktif dalam dunia perbisnisan, dan hal ini juga yang menjadi penyokong aktivitas dakwah Nabi Muhammad SAW pada masa-masa awal ia mencoba untuk berdakwah.
Sosok wanita karir dalam pandangan Islam tidak seburuk yang selama ini dikabarkan oleh orang-orang. Khadijah sebagai istri dari seorang Rasul Allah saja merupakan seorang pebisnis yang amat sangat tersohor pada masanya. Setelah menikahi Nabi Muhammad SAW, Khadijah juga masih melanjutkan pekerjaannya sebagai pebisnis yang sukses, bahkan bisa menjadi penunjang dana utama bagi dakwah-dakwah yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW yang saat itu masih belum mendapatkan dana dari donatur manapun. Jika memang Khadijah merupakan seorang gadis rumahan yang dikunci layaknya burung dalam sangkar, maka bagaimanakah jadinya bisnis yang ia jalani? Siapa yang kemudian akan mendanai dakwah Nabi Muhammad yang butuh uang cukup besar itu? Jika istri dari Rasulullah SAW saja bisa membina bisnis, maka sudah seharusnya wanita Islam lain juga membina karirnya sendiri.
Setelah Khadijah meninggal dunia, Aisyah yang kemudian dinikahi oleh Nabi Muhammad SAW tidak kalah cemerlangnya. Ketika ia sudah menjadi istri dari Rasulullah, ia tetap menjadi seorang wanita karir Islam yang aktif di tengah-tengah masyarakat. Beberapa kali juga Aisyah ikut perang. Setelah Nabi Muhammad SAW meninggal, Aisyah kemudian menjadi guru yang memberi pengetahuan, penjelasan, dan keterangan mengenai agama Islam.
Posisi Wanita Karir Dalam Pandangan Islam
Melalui potongan sejarah mengenai istri-istri dari Rasulullah SAW, bisa dilihat bahwa ternyata muslimah bukanlah seorang burung yang hanya boleh disangkarkan dan tidak boleh memiliki aktivitas selain memenuhi kebutuhan suami, baik emosional maupun fisikal. Nabi Muhammad SAW sendiri bersabda bahwa wanita merupakan tiang suatu negara, yang berarti kemajuan atau kemunduran suatu negara semua bergantung pada kondisi dan status perempuan di negara tersebut. Aisyah juga pernah mengatakan bahwa sebuah alat pemintal yang dipegang oleh wanita akan jauh lebih baik dibandingkan sebuah tombak yang dipegang oleh seorang lelaki, maka tidaklah lagi kita perlu memusingkan peran wanita karir dalam pandangan Islam.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »