Tampilkan postingan dengan label Peristiwa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Peristiwa. Tampilkan semua postingan
Manfaat Menggunakan Cadar bagi Wanita Muslimah Disaat Virus Corona Mewabah

Manfaat Menggunakan Cadar bagi Wanita Muslimah Disaat Virus Corona Mewabah

Manfaat Menggunakan Cadar bagi Wanita Muslimah Disaat Virus Corona Mewabah


Cadar adalah sejenis pakaian wanita yang menutup hingga sebagian wajah. Pemakain cadar memang sudah mulai banyak terlihat pada lingkungan kita. Di negara Indonesia saja, sudan banyak para Wanita Bercadar dalam kegiatan sehari-harinya. Ada beberapa yang memakai ke kantor, ke pasar, dll.(Baca : Hukum Wanita Memakai Parfum)

Sudah tidak menjadi hal yang tabu lagi bagi masyarakat kita jika melihat wanita-wanita yang menggunakan cadar di kesehariannya. Sebelumnya wanita bercadar kita lihat hanya berada di negara bagian arab dan sekitarnya. Namun sekarang tidak hanya di Indonesia saja, bahakan di beberapa negara lainnya juga sudah ada kelompok-kelompok wanita yang bercadar. Wanita yang menggunakan cadar tidak terliat sebagian dari wajahnya, hanya mata saja yang terlihat selebihnya tertutup.(Baca : Hukum Wanita Tidak Berjilbab)

Wajibkah Mengenakan Cadar?
Muncul beberapa pertanyaan dalam masyarakat, khususnya yang beragama islam. Apakah memakai cadar hukumnya wajib? Dalam kita suci Al-quran, Hukum Wanita Bercadar dan Hukum Memakai Jilbab terdapat beberapa ayat mengenai aturan menutup aurat bagi wanita dan mengenai perintah berjilbab. Allah memerintahkan untuk menutup auratnya bagi wanita.(Baca : Keistimewaan Wanita Berjilbab)

Manfaat Menggunakan Cadar sebenarnya adalah salah satu Cara Menjadi Muslimah Yang Baik untuk menutup aurat mereka. Beberapa para ulama mengatakan tidaklah wajib memakai cadar, namun jika memakainya wanita akan mendapatkan pahala. Akan tetapi ada lagi beberapa ulama lainnya yang mengungkapkan kewajiban menggunakan cadar bagi wanita.(Baca : Hukum Wanita Tidak Berjilbab)

Banyak terjadi pro dan kontra mengenai hal ini. Sebenarnya bercadar sudah ada sejak zaman Nabi, wanita-Wanita Shalehah pada zaman Nabi menggunakan cadar. Ada beberapa surat dalam Al-quran yang membahas tentang menutup aurat dan memakai kerudung atau jilbab bagi wanita.(Baca : Tabarruj dalam Islam)

Dalam Al-quran Allah memerintahkan setiap wanita untuk menutup auratnya, QS. An-nuur : 31 yang artinya:

“Hendakla mereka menahan pandangannya dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampak perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkkan perhiasannya kecuali pada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak memiliki keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat ,mereka. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”

Itu hanya satu dari beberapa ayat yang menerangkan mengenai perintah-perintah berjilbab. Masih banyak lagi ayat-ayat lainnya yang membahas mengenai hal tersebut. Jadi terjawablah jawaban kita, Nabi Muhammad S.A.W menganjurkan umatnya bagi Wanita Muslimah memakai jilbab dan dalam Al-quran Allah S.W.T telah memerintahkan untuk menutup aurat.(Baca : Wanita dalam Pandangan Islam)

Sebenarnya memakai cadar adalah bentuk dari menutup aurat mereka para wanita. Memakai cadar tidaklah di wajibkan, namun jika dikerjakan akan mendapatkan pahala. Akan tetapi yang harus kita ingat, memakai jilbab dan menutupi aurat adalah WAJIB dan itu merupakan  Keistimewaan Wanita Berjilbab.

Menggunakan cadar ternyata mempunyai banyak manfaat bagi wanita dalam kehidupan sehari-hari. Di wilayah Arab dan sekitarnya, mereka menggunakan cadar juga untuk menghindari diri dari debu dan kotoran yang beterbangan.(Baca : Siksa Neraka Bagi Wanita)

Diketahui wilayah Arab termasuk wilayah yang tandus sehingga debu dan kotoran sangat mudah beterbangan karena di bawa angin yang kencang. Tidak hanya untuk menutupi aurat saja, ada banyak manfaat lainnya yang mungkin belum kita ketahui tentang menggunakan cadar.(Baca : Cara Membuat Hati Ikhlas)

Sumber : dalamislam.com
Tidak Boleh Menceritakan Percumbuan Dengan Pasangan

Tidak Boleh Menceritakan Percumbuan Dengan Pasangan

Tidak Boleh Menceritakan Percumbuan Dengan Pasangan

Hasil gambar untuk Tidak Boleh Menceritakan Percumbuan Dengan Pasangan


Menceritakan perihal hubungan intim dan percumbuan antara suami istri atau pun menceritakan rahasia-rahasia pribadi antara suami istri adalah perbuatan yang dilarang agama dan bertentangan dengan akhlak mulia.

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إنَّ مِن أشرِّ الناس عند الله منزلة يوم القيامة، الرجل يفضي إلى امرأته، وتفضي إليه، ثم ينشر سرَّها

“Diantara manusia yang paling bejat kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah lelaki yang mencumbui istri dan istrinya juga mencumbui suaminya, kemudian lelaki tersebut menyebarkan rahasianya itu” (HR. Muslim no. 1437).

Maka perbuatan ini adalah dosa besar karena diancam menjadi orang yang paling buruk di hari kiamat.

Dan larangan ini tidak hanya sebatas menceritakan hubungan intim, namun semua jenis istimta’ (percumbuan) antara suami dan istri. Al Imam An Nawawi menjelaskan:

في هذا الحديث تحريم إفشاء الرجل ما يجري بينه وبين امرأته من أمور الاستمتاع، ووصف تفاصيل ذلك، وما يجري من المرأة فيه من قول أو فعل ونحوه، فأما مجرد ذكر الجماع؛ فإن لم تكن فيه فائدة ولا إليه حاجة فمكروه؛ لأنَّه خلاف المروءة، وقد قال صلى الله عليه وسلم: ((من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرًا أو ليصمت)) . وإن كان إليه حاجة أو ترتَّب عليه فائدة؛ بأن ينكر عليه إعراضه عنها، أو تدَّعي عليه العجز عن الجماع، أو نحو ذلك، فلا كراهة في ذكره، كما قال صلى الله عليه وسلم: ((إني لأفعله أنا وهذه)) ، وقال صلى الله عليه وسلم لأبي طلحة: ((أعرستم الليلة))

“Dalam hadits ini terdapat pengharaman perbuatan menyebarkan apa yang terjadi dengan pasangan, berupa perkara istimta’ (percumbuan). Dan menjelaskan detil-detil percumbuan tersebut dan menceritakan bagian dari percumbuan tersebut berupa perkataan atau perbuatan atau semisalnya.”

Adapun sekedar menyebutkan bahwa terjadi jima’ (antara dia dan istrinya), dirinci:

* Jika tidak ada faidahnya, maka makruh. Karena ini menyelisihi sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرًا أو ليصمت

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka katakanlah yang baik atau diam.”

* Jika ada kebutuhan atau menghasilkan suatu faidah, seperti mengingkari bahwa dirinya menolak berjima, atau dia dituduh impoten, atau semisalnya, maka hukumnya boleh tanpa kemakruhan untuk menyebutkannya. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

إني لأفعله أنا وهذه

“Sungguh aku akan melakukannya bersama dengan dia (Aisyah)”

Juga pertanyaan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam kepada Abu Thalhah:

أعرستم الليلة

“Apakah semalam kamu berjima?”

(Syarah Shahih Muslim, 8/10).

Dalam hadits yang lain Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:



هَلْ فِيكُمْ رَجُلٌ إِذَا أَتَى أَهْلَهُ أَغْلَقَ بَابَهُ وَأَرْخَى سِتْرَهُ ، ثُمَّ يَخْرُجُ فَيُحَدِّثُ فَيَقُولُ : فَعَلْتُ بِأَهْلِي كَذَا ، وَفَعَلْتُ بِأَهْلِي كَذَا
إِنَّ مَثَلَ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ مَثَلُ شَيْطَانٍ وَشَيْطَانَةٍ لَقِيَ أَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ بِالسِّكَّةِ ، قَضَى حَاجَتَهُ مِنْهَا وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ إِلَيْهِ

“Mungkin di antara kalian ada yang mendatangi istrinya lalu menutup pintunya dan menjulurkan tirainya, kemudian setelah itu ia keluar dan mengobrol. Kemudian ia mengatakan: aku barusan melakukan ini dan itu dengan istriku” … Sesungguhnya orang yang melakukan seperti ini seperti setan lelaki yang bertemu setan wanita lalu berjima’ di jalan, dan orang-orang menyaksikannya” (HR. Abu Daud no. 2174, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 2023).

Dalam hadits ini Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mempermisalkan orang yang melakukan perbuatan tersebut seperti setan. Ini juga merupakan pengharaman dan peringatan yang keras untuk menjauhi perbuatan tersebut.

Lebih lagi jika yang diceritakan adalah percumbuan yang tidak halal. Seperti orang yang menceritakan perzinaan, maka ini dosa di atas dosa. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ

“Setiap umatku akan diampuni kecuali mujahir (orang yang berbuat maksiat terang-terangan). Seorang lelaki melakukan suatu maksiat di malam hari. Dan Allah tutup maksiat tersebut dari (orang-orang). Namun besoknya ia berkata: wahai Fulan, tadi malam saya melakukan ini dan itu. Di malam hari, Allah telah menutup aibnya, di pagi hari ia membuka aibnya sendiri yang telah Allah tutup.” (HR. Bukhari no.6069, Muslim no.2990).

Dalam adat orang timur pun, perbuatan menceritakan hubungan intim adalah perbuatan yang memalukan dan menjijikkan. Tentunya rasa malu ini hanya dirasakan bagi orang yang masih punya adab dan etika.

Maka sekali lagi, jaga lisan anda.

Semoga Allah memberi taufik.

Penulis: Ustadz Yulian Purnama

Artikel Muslimah.or.id



sumber : muslimah.or.id
Bersemangat Dalam Mengamalkan Sunnah

Bersemangat Dalam Mengamalkan Sunnah

Bersemangat Dalam Mengamalkan Sunnah



Al-Qadhi Iyadh rahimahullah menulis dalam kitab Asy-Syifa` (II/ 8): “Muhammad bin Ali At-Tirmidzi mengungkapkan, “Wujud dari menjadikan Rasulullah Shallallaahu `alaihi wa sallam sebagai suri tauladan adalah dengan mencontoh beliau mengikuti sunnah-sunnah beliau serta tidak menyelisihi beliau baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan”.

Mengagungkan sunnah-sunnah beliau merupakan perkara penting yang diperintahkan Allah sebagai wujud mentaati serta mencintai Rasulullah Shallallaahu’alaihi wa sallam. Keberkahan, keselamatan dan kebahagiaan akan dirasakan seorang mukmin ketika ia bersemangat mengamalkan sunnah-sunnah mulia yang di zaman ini mulai ditinggalkan kaum muslimin. Orang yang intens dan antusias meniru rasul-Nya dalam hal akhlak, adab, pakaian, gaya hidup dan perkara-perkara yang pernah dipraktekkan Rasul mulia semakin asing di tengah maraknya berbagai model dan gaya hidup yang jauh dari petunjuk Islam. Meski demikian kita patut bersyukur pada Allah Ta`ala di era sekarang mulai tumbuh kesadaran dari sebagian kaum muslimin untuk mengamalkan berbagai perilaku beliau sebagai aplikasi ketaatan kepada perintah-Nya.

Dan kita akan kembali pada episode dimana para sahabat dan salafuna ash shalih sangat giat melakukan perbuatan-perbuatan yang pernah dilakukan Rasulullah Shallallaahu `alaihi wa sallam, meski mereka terkadang tidak tahu apa maksudnya. Dalam benak mereka adalah mengikuti jejak-jejak langkah beliau sebagai ittiba’ dengan jalannya.

Al-Qadhi Iyadh juga menuliskan dalam kitb Asy-Syifa` (II/5) “Telah diperlihatkan bahwasanya Abdullah bin Umar radhiyallaahu `anhu memutar-mutar hewan tunggangannya di suatu tempat. Hal itu ditanyakan kepadanya, maka ia menjawab, “Aku tidak tahu, hanya saja aku telah melihat Rasulullah Shallallaahu `alaihi wa sallam melakukan seperti apa yang telah aku lakukan ini”.

Imam Ahmad rahimahullah mengatakan “Aku tak pernah menulis sebuah hadits, melainkan aku telah mengamalkannya. Hingga telah sampai kepadaku sebuah hadist yang menjelaskan bahwa nabi Shallallaahu `alaihi wa sallam pernah berbekam dan memberikan satu dinar kepada Abu Thayyibah (yang membekam beliau). Maka akupun berbekam dan mengupah si tukang bekam sebesar satu dinar”. (Badzlul Juhud Fii Sharhi Sunani Abi Dawud, karya Syaikh Khalil Ahmad As-Saharanfuri rahimahullah. Asal dari hadist ini berada dalam kitab Shahih Muslim No. 2992).

Demikianlah praktek nyata betapa hidup orang-orang shalih selalu dihiasi dengan cahaya sunnah. Hari-harinya senantiasa diisi dengan amalan yang pernah dilakukan Rasulullah Shallallaahu `alaihi wa sallam. Kedekatan hati dan kekuatan imanlah yang mendorong dan memotivasinya untuk selalu melakukan amalan terbaik meski sepintas perbuatan itu seolah ringan atau biasa saja.

Adapula contoh konkret ulama abad ini yang sangat tinggi semangatnya dalam mengamalkan sunnah Nabi, beliau adalah Syaikh Ibnu Baz yang patut dijadikan panutan bagi kaum muslimin. Pada suatu hari, sebuah gelas berisi jus disuguhkan kepada beliau. Beliau lantas meminumnya. Setelah beliau selesai minum, sebuah gelas keduapun disuguhkan kepada beliau. Beliau mengatakan “Perutku sudah tidak muat”. Akan tetapi orang yang menyuguhkan terus mendesak beliau agar minum. Setelah gelas kedua beliau minum, beliau mengatakan dengan nada guyon “Tuangkan untuk yang ketiga”. Beliau ingin agar berakhir dengan bilangan ganjil. Ketika beliau sakit yang mengantarkan beliau kepada kematian, jika pelayan beliau ingin memasangkan sepatu atau kaos kaki namun salah karena mendahulukan kaki kiri maka beliau menolak dan menjauhkan kaki beliau hingga pelayan tersebut memulai dengan kaki kanan.” (Dinukil dari Majalah SwaraQur`an edisi No. 2 th 9 hal. 28).

Demikianlah sekilas contoh betapa para imam dan orang shalih bersemangat untuk selalu mencontoh Rasulullah Shallallaahu `alaihi wa sallam dalam kehidupannya. Semoga Allah memudahkan kita meniti jejaknya.


sumber :  Muslimah.or.id




Cemburu Itu Romantis

Cemburu Itu Romantis

Cemburu Itu Romantis




Cemburu seringkali menghiasi panggung pernikahan. Perasaan ini terkadang membuat kehidupan rumah tangga lebih mempesona ketika dimaknai sebagai perasaan cinta kepada pasangan bukan sekedar cemburu buta yang lebih didominasi nafsu dan bisikan setan, namun cemburu romantis yang mampu mempererat benang-benang asmara agar lebih beraroma sayang. Menguatkan kembali jalinan kasih mesra yang seolah pudar dengan berbagai kesibukan psikis dan fisik yang mulai mengendorkan ikatan cinta diantara pasutri. Cemburu yang berakhir indah ketika pasutri mampu mengelolanya dengan bijak, bukan api cemburu yang berakhir tragis dengan perceraian.

Seorang penyair berkata :

Alangkah indahnya cemburu yang terjadi hanya sekali saja

Dan alangkah buruk cemburu yang terjadi setiap waktu

Barangsiapa yang senantiasa menuduh pasangannya

Dan senantiasa mencurigainya berdasarkan dugaan semata

Maka ia rentan menggiring pasangannya untuk melakukan apa yang dituduhkan kepada dirinya secara terang-terangan. (Al-Kharimi)

Cemburu dalam batas yang normal adalah perkara yang wajar. Bahkan cemburu itu perkata yang disyariatkan, bahkan lelaki yang tidak cemburu terhadap istrinya diancam dengan ancaman yang keras. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ثَلَاثَةٌ لَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ أَبَدًا : الدَّيُّوثُ وَالرَّجُلَةُ مِنَ النِّسَاءِ ، وَمُدْمِنُ الْخَمْرِ ) ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمَّا مُدْمِنُ الْخَمْرِ فَقَدْ عَرَفْنَاهُ ، فَمَا الدَّيُّوثُ ؟ ، قَالَ : ( الَّذِي لَا يُبَالِي مَنْ دَخُلُ عَلَى أَهْلِهِ ) ، قُلْنَا : فَمَا الرَّجُلَةُ مِنْ النِّسَاءِ ؟ قَالَ : ( الَّتِي تَشَبَّهُ بِالرِّجَالِ) .

“Ada tiga orang yang tidak masuk surga: ad dayyuts, wanita yang ar rajulah dan pecandu khamr”. Para sahabat bertanya: “wahai Rasulullah, adapun pecandu khamr kami sudah paham maksudnya, lalu apa makna ad dayyuts?”. Nabi bersabda: “yaitu orang yang tidak peduli siapa yang mendatangi anak-istrinya”. Para sahabat bertanya lagi: “Lalu apa wanita yang ar rajulah itu?”. Nabi menjawab: “Wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman no.10800, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 2367).

Al Munawi mengatakan:

أن الديوث ذلل حتى رأى المنكر بأهله فلا يغيره

“Ad dayyuts adalah sebuah kerendahan, sehingga ketika ia melihat anak-istrinya melakukan kemungkaran ia tidak cemburu” (Faidhul Qadir, 3/327).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:

والديوث: الذي لا غيرة له

“Ad Dayyuts adalah lelaki yang tidak punya rasa cemburu” (Majmu’ Al Fatawa, 32/141).

Jangan Cemburu Melebihi Batas

Namun cemburu itu merupakan bumbu pernikahan bukan pemantik perseteruan diantara pasutri. Ibnul Qayyim mengatakan, “Cemburu mempunyai batasan, jika batasan ini dilanggar maka ia akan berubah menjadi tuduhan dan persangkaan yang buruk terhadap orang yang baik, dan jika kurang dari batasan ini, maka ia akan berubah menjadi kelalaian dan kesembronoan”. (Dikutip dari Mendulang Faidah Dari Lautan Ilmu, Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah hal. 164)

Sebagaimana gambaran konkret seorang suami yang bertaqwa hendaklah cemburu pada istrinya ketika ia melanggar perintah Allah Ta`ala, seperti bergaul dengan lawan jenis tanpa ada kebutuhan mendesak, atau berdandan dengan memamerkan auratnya kepada lelaki asing, bertelepon ria atau sibuk di dunia maya tanpa keperluan penting dan berbagai ungkapan dan prilaku negatif yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Demikian pula para istri shalihah hendaklah ia bersikap bijak dan tidak mudah terprovokasi tanpa bukti nyata ketika mendengar berita miring tentang pasangannya. Crosscek dan kedepankan perasaan positif dan selesaikan dengan kepala dingin dan baik-baik ketika ada indikasi ketidaksetiaan pasangan. Barometer utamanya adalah landasan syariah.

Dan kehidupan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun tak terlepas dari cemburu, justru dengan cemburu nuansa pernikahan lebih menggigit, masing-masing istri saling berlomba-lomba memikat suami dengan berbagai kiat. Inilah potret cemburu romantis sepanjang masa yang hendaklah dijadikan sandaran kemesraan pasutri dalam meniti bahtera pernikahan.

Tips Mengatasi Cemburu

Yakinlah pada diri sendiri bahwa pasangan hidup Anda adalah sebuah anugerah yang harus disyukuri. Dialah jodoh Anda dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dan perlu disadari bahwa setiap rumah tangga pasti ada saja permasalahan yang semua ini perlu dicari solusinya. Bukan membiarkan persoalan domestik rumah tangga. Inilah setidaknya warning atau peringatan agar masing-masing pasutri menyadari bahwa hidup berumah tangga merupakan medan perjuangan bukan sekedar arena bersenang-senang. Semua ada konsekuensinya.

Ada kiat-kiat taktis dalam mengontrol cemburu agar tetap dalam koridor syariat :

1. Ridha dengan takdir Allah Ta`ala

2. Tidak membiarkan rasa gelisah pada diri kita supaya sikap kepada pasangan tidak berubah.

2. Berlindung kepada Allah dari gangguan setan, tidak terpengaruh dengan mimpi-mimpi yang buruk.

3. Berpikiran jernih / tidak menurutkan perasaan.

4. Bersungguh-sungguh menjaga diri.

5. Berdoa kepada Allah

6. Melihat akibat buruk, menghindari resiko tindakan buruk sangka pada pasangan.

7. Menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat.

8. Berdzikir, membaca Al-Qur`an, shalat dan belajar ilmu agama.

9. Bersikap optimis.

10. Berangan-angan yang baik

(dikutip dari Bekal Berharga Menjadi Ibu Serba Bisa, Sekolah Ibu, hal. 44-45).

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya kecemburuan itu ada yang disukai Allah dan ada yang dibenci oleh-Nya. Adapun kecemburuan yang disukai adalah kecemburuan pada hal-hal yang pasti, sedangkan yang dibenci oleh-Nya adalah kecemburuan pada hal-hal yang tidak pasti” (HR. Ahmad dalam Musnadnya, An-Nasa`i dan Ibnu Hibban dengan status hasan).

Wallahu a’lam.

Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa

Referensi :

Bekal Berharga Menjadi Ibu Serba Bisa, Sekolah Ibu, Yogyakarta, 2019

Mendulang Faidah Dari Lautan Ilmu, Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah, Al-Kautsar, Jakarta,1997

Kado Perkawinan, Mahmud Mahdi Al-Istambuli, Pustaka Azzam, Jakarta, 2003

Artikel Muslimah.or.id



Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/11454-cemburu-itu-romantis.html
 WASPADA TERHADAP NERAKA

WASPADA TERHADAP NERAKA

Waspada Terhadap Neraka


Hasil gambar untuk Waspada Terhadap Neraka
Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, dan sahabatnya. Wa ba’du.

Allah telah menyebutkan deskripsi neraka Jahannam wal ‘iyadzu billah. Ia merupakan kampung yang Allah persiapkan untuk musuh-musuh-Nya dari kalangan orang-orang kafir, munafik, ahli maksiat, dan orang-orang fasiq. Itulah negeri bagi golongan orang-orang yang buruk. Allah telah sediakan berbagai jenis adzab yang mana tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia Subhanahu wa Ta’ala semata. Meskipun demikian, Dia jelaskan beberapa macam siksa neraka di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Neraka memiliki banyak tingkatan ke bawah, sebagiannya lebih rendah daripada yang lain. Sedangkan surga memiliki banyak tingkatan ke atas, sebagiannya lebih tinggi daripada yang lain. Tingkatan neraka tersebut menjadi tempat tinggal bagi penghuninya sesuai dengan amalnya. Sebagiannya lebih keras siksaannya dibandingkan yang lain. Adapun orang munafik merekalah penduduk kerak neraka.

إِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ فِيْ الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu berada di tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan engkau tidak akan menjumpai seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An-Nisa’: 145).

Orang munafik ialah orang yang menampakkan keislaman dalam rangka mengelabui dan berbuat tipu daya. Hati mereka kafir dan ingkar. Mereka mengingkari Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan syariat yang beliau bawa. Akan tetapi mereka memperlihatkan keislaman untuk kemaslahatan mereka. Oleh karenanya, adzab mereka lebih pedih daripada orang-orang kafir yang terang-terangan menunjukkan kekafiran dan permusuhan mereka. Karena orang-orang kafir yang terang-terangan dapat dikenali oleh kaum muslimin sehingga kaum muslimin bisa menyiapkan perlengkapan untuk menjaga diri dari keburukan mereka. Adapun orang-orang munafik, mereka menampakkan keislaman.

يُخَادِعُوْنَ اللهَ وَالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَمَا يَخْدَعُوْنَ إِلاَّ أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَ

“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Padahal tidaklah mereka menipu kecuali diri mereka sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 9).

Akan tetapi kaum mukminin husnuzhan (baik sangka) kepada mereka dan tidak berhati-hati terhadap mereka. Mereka adalah mata-mata orang-orang kafir dan Yahudi. Mereka tunjukkan kelemahan-kelemahan kaum muslimin kepada orang-orang kafir. Mereka senantiasa merasa gembira dengan kemenangan orang-orang kafir dan senantiasa merasa marah dengan kebangkitan dan kemuliaan Islam. Inilah sifat-sifat orang munafik. Oleh karena itu, mereka berada di kerak paling dasar dari neraka. Sedangkan orang-orang kafir yang lain berada di atas mereka.

Neraka memiliki beberapa nama yaitu an-nar, jahannam, as-sa’ir, saqar, al-jahim, al-hawiyah, dan nama-nama yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa neraka mempunyai banyak tingkatan dan penghuninya berbeda-beda dalam adzab dan tempat tinggalnya. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kabarkan,

إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا مَنْ يُوْضَعُ فِيْ أَخْمَصِ قَدَمِهِ جَمْرَةٌ يَغْلِيْ مِنْهَا دِمَاغُهُ

“Penduduk neraka yang paling ringan siksanya adalah seseorang yang kedua telapak kakinya dipakaikan sandal lantas mendidihlah otaknya.” (HR. Bukhari no. 6561 dan Muslim no. 213).
Dalam riwayat lain,

يَلْبَسُ نَعْلَيْنِ مِنْ نَارٍ يَغْلِيْ مِنْهَا دِمَاغُهُ، مَا يَرَى أَنَّ أَحَدًا أَشَدُّ عَذَابًا مِنْهُ مَعَ أَنَّهُ أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا

“Dia mengenakan dua sandal dari api yang membuat otaknya mendidih. Dia tidak melihat ada seorang pun yang lebih keras adzabnya dibandingkan dirinya. Padahal dia adalah penghuni neraka yang paling ringan siksanya.” (HR. Muslim no. 213/364) [1].

Ini hanyalah adzab yang paling ringan. Lantas bagaimana dengan adzab yang paling keras? Wal ‘iyadzu billah.

Minuman mereka adalah mahl yaitu air yang sangat panas atau shadid yaitu nanah yang mengalir dari tubuh penghuni neraka. Makanan mereka zaqqum yang tumbuh di neraka.

إِنَّ شَجَرَتَ الزَّقُّوْمِ طَعَامُ الْأَثِيْمِ

“Sesungguhnya pohon zaqqum itu adalah makanan orang yang banyak dosa.” (QS. Ad-Dukhan: 43-44).

Di ayat yang lain,

إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِيْ أَصْلِ الْجَحِيْمِ طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوْسُ الشَيَاطِيْنِ فَإِنَّهُمْ لَأَكِلُوْنَ مِنْهَا فَمَالِئُوْنَ مِنْهَا الْبُطُوْنَ ثُمَّ إِنَّ لَهُمْ عَلَيْهَا لَشَوْبًا مِنْ حَمِيْمٍ ثُمَّ غِنَّ مَرْجِعَهُمْ لَإِلَى الْجَحِيْمِ

“Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka yang menyala. Mayangnya seperti kepala setan. Sesungguhnya mereka memakan sebagian dari buah pohon itu maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu. Kemudian mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. Lalu sesungguhnya tempat kembali mereka adalah neraka Jahim.” (QS. Ash-Shaffat: 64-68).

Minuman mereka –wal ‘iyadzu billah– adalah minuman yang paling jelek dan paling panas yang memanggang wajah. Jika minuman tersebut dihidangkan ke wajah peminumnya, maka terkelupas wajahnya dan lepas kulit wajahnya karena panas yang sangat dahsyat. Makanan mereka adalah zaqqum dan pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar. Mereka senantiasa dalam kelaparan. Mereka makan tetapi makanan tersebut tidak dapat mengusir lapar. Demikian pula mereka minum, tetapi minuman tersebut tidak mampu membuang dahaga. Tiap kali mereka minum, akan bertambahlah rasa haus mereka.

وَأَصْحَابُ الشِّمَالِ مَا أَصْحَابُ الشِّمَالِ فِيْ سَمُوْمٍ وَحَمِيمٍ وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُوْمٍ لاَ بَارِدٍ وَلاَ كَرِيْمٍ إِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذَلِكَ مُتْرَفِيْنَ وَكَانُوْا يُصِرُّوْنَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيْمِ

“Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu? Dalam siksaan angin yang amat panas, air panas yang mendidih, dan naungan asap yang hitam, tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Sesungguhnya mereka itu sebelumnya hidup bermewahan. Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar.” Yaitu berbuat syirik.

وَكَانُوْا يَقُوْلُوْنَ أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَءِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَ

“Dan mereka selalu mengatakan: Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan belulang, apakah sesungguhnya kami akan dibangkitkan kembali?” Mereka mengingkari kebangkitan.

Lantas Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya,

قُلْ إِنَّ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ لَمَجْمُوْعُوْنَ إِلَى مِيْقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُوْمٍ ثُمَّ إِنَّكُمْ أَيُّهَا الضَّالُّوْنَ الْمُكَذِّبُوْنَ لَأَكِلُوْنَ مِنْ شَجَرٍ مِنْ زَقُّوْمٍ فَمَالِئُوْنَ مِنْهَا الْبُطُوْنَ فَشَارِبُوْنَ عَلَيْهِ مِنَ الْحَمِيْمِ فَشَارِبُوْنَ شُرْبَ الْهِيْمِ

“Katakanlah: Sesungguhnya orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan akan dikumpulkan di waktu yang tertentu pada hari yang dikenal. Kemudian sesungguhnya kalian wahai orang-orang yang sesat lagi mendustakan akan memakan pohon zaqqum dan akan memenuhi perut kalian dengannya. Lalu kalian akan meminum air yang sangat panas. Maka kalian minum seperti unta yang sangat haus.” (QS. Al-Waqi’ah: 41-55).

Al-him adalah unta yang kehausan, karena apabila unta sangat dahaga, maka ia akan sangat semangat minum. Demikian pula penduduk neraka. Mereka meminum air yang sangat panas sebagaimana minumnya unta yang kehausan.

هَذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ الدِّيْنِ

“Itulah hidangan untuk mereka pada hari pembalasan.” (QS. Al-Waqi’ah: 56) Nuzuluhum yakni jamuan mereka –wal ‘iyadzu billah-. Itulah jamuan yang paling buruk.

Demikianlah neraka beserta penghuninya. Neraka tidaklah khusus bagi orang-orang kafir semata, tetapi ia juga dimasuki oleh orang-orang beriman pelaku maksiat, pelaku dosa kecil, dan pelaku dosa besar. Mereka memasuki neraka, disiksa di dalamnya, dan tinggal disana dalam waktu yang lama hingga mereka menjadi arang. Mereka hangus dan tubuh mereka berubah menjadi arang. Kemudian mereka keluar dari nereka setelah diadzab. Lalu mereka dilempar ke sungai kehidupan. Lantas tumbuhlah jasad mereka. Selanjutnya mereka dimasukkan ke dalam surga.

Kesimpulannya, seorang beriman tetapi hobi maksiat berada dalam bahaya yang besar. Selayaknya seseorang tidak terkecoh dan mengatakan bahwa dirinya beriman. Lantas ia kerjakan berbagai jenis maksiat dan meremehkannya. Ia menyangka bahwa maksiat tersebut tidak akan mencelakainya. Padahal maksiat –wal ‘iyadzu billah– bahayanya sangatlah dahsyat. Ia akan menyeret pelakunya ke dalam neraka dan menyiksanya di dalamnya. Boleh jadi ia tinggal di dalamnya beratus-ratus tahun. Barulah ia keluar dari neraka setelah itu. Dengan demikian, bahaya maksiat sangatlah mengerikan. Tidak ada yang mengetahui sifat neraka kecuali Allah ‘Azza wa Jalla. Akan tetapi Dia jelaskan sebagian deskripsi neraka supaya orang-orang beriman waspada terhadap amal-amal yang mengantarkan mereka ke neraka. Semua hawa nafsu yang haram dan maksiat dengan berbagai macam bentuknya akan menyeret seseorang ke dalam neraka.

Bahaya maksiat sangatlah besar. Sepatutnya bagi seseorang menjauhi maksiat baik itu dosa besar maupun dosa kecil. Karena dosa kecil yang diremehkan oleh seseorang akan berubah menjadi dosa besar. Di samping itu, dosa kecil akan bertumpuk-tumpuk pada diri seseorang lantas dosa itu pun akan membinasakannya sebagaimana lembah itu mengalir dari tetesan air hujan. Demikian pula maksiat akan berkumpul pada diri seseorang lalu maksiat itu akan mencelakakannya.

Wajib bagi seorang muslim untuk berhati-hati dengan maksiat. Apabila ia terjerumus dalam salah satu maksiat, hendaknya ia segera bertaubat. Karena Allah Jalla wa ‘Ala menerima taubat yang bertaubat kepada-Nya. Di samping itu, hendaknya ia tidak meremehkan maksiat dan terkecoh dengan penundaan adzab dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Janganlah ia takjub dengan dirinya sendiri lantas larut dalam maksiat dan mengandalkan harapan yang baik dan rahmat Allah. Benar, rahmat Allah sangatlah luas. Namun, adzab dan hukumannya juga sangatlah keras.

aka, hendaknya seseorang tidak merasa aman dari makar Allah dan tidak menggampangkan maksiat. Boleh jadi ia meremehkan dosa kecil, lalu dosa kecil itu akan menyeretnya menuju dosa besar. Boleh jadi ia menganggap enteng dosa kecil, lantas dosa kecil itu akan membesar dan membinasakan pelakunya sedang ia tidak menyadarinya. Wajib bagi seseorang untuk waspada terhadap semua bentuk maksiat dan dosa, bersegera bertaubat, memperbanyak istighfar, memperbanyak kebaikan dan amal shalih, dan mengharap rahmat Allah, serta takut dengan siksa Allah. Hendaknya ia gabungkan antara rasa takut dan rasa harap.

Kami memohon kepada Allah agar memberikan taufiq kepada kita semua untuk mengerjakan amal shalih yang Dia cintai dan ridhai. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad dan keluarganya serta sahabatnya.
***
Diterjemahkan dari Majalis Syahri Ramadhan Al-Mubarak, karya Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan, cetakan Darul ‘Ashimah, cetakan kedua, tahun 1422 H, Riyadh, hal. 51-54.

Catatan kaki
[1] Dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُوْ طَالِبٍ، وَهُوَ مُتَنَعِّلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِيْ مِنْهُمَا دِمَاغُهُ

“Penduduk neraka yang paling ringan adzabnya adalah Abu Thalib. Dia memakai dua sandal yang membuat otaknya mendidih.” (HR. Muslim no. 212).

***


sumber : Muslimah.or.id

WANITA AKHIR ZAMAN BILA MENEMUI SEORANG PRIA, “NIKAHILAH AKU, NIKAHILAH AKU !”

WANITA AKHIR ZAMAN BILA MENEMUI SEORANG PRIA, “NIKAHILAH AKU, NIKAHILAH AKU !”


Wanita Akhir Zaman Bila Menemui Seorang Pria, “Nikahilah Aku, Nikahilah Aku !”

Kondisi mendekati hari kiamat kelak, karena banyaknya fitnah, peperangan, pembunuhan dan timbangan berkurang. Maksud dari timbangan berkurang adalah perbandingan antara wanita dan pria tidak seimbang.

Jika banyak cobaan dan peperangan yang dilakukan manusia, timbangan itu tentunya berkurang. Banyak laki laki terbunuh sehingga yang tersisa banyak wanita karena laki laki memang ditugaskan untuk berperang. Dengan demikian yang terbunuh kebanyakan adalah kaum laki laki, bukan wanita.Para wanita tidak ikut serta dalam banyak peperangan sehingga para wanita itu  mendatangi laki laki yang masih tersisa. Tidak ada seorangpun saat itu yang dapat mencegahnya dengan agama dan budi pekerti. Dikatakan bahwa pada saat itu, satu laki laki berbanding empat puluh hingga lima puluh wanita. Setiap kali para wanita itu menjumpai laki laki , mereka akan mengatakan, “Nikahilah aku, nikahilah aku !”

صحيح البخاري ١٣٢٥: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدٍ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يَطُوفُ الرَّجُلُ فِيهِ بِالصَّدَقَةِ مِنْ الذَّهَبِ ثُمَّ لَا يَجِدُ أَحَدًا يَأْخُذُهَا مِنْهُ وَيُرَى الرَّجُلُ الْوَاحِدُ يَتْبَعُهُ أَرْبَعُونَ امْرَأَةً يَلُذْنَ بِهِ مِنْ قِلَّةِ الرِّجَالِ وَكَثْرَةِ النِّسَاءِ

Shahih Bukhari : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al ‘Alaa’ telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Buraid dari Abu Burdah dari Abu Musa radliallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Pasti akan datang pada manusia suatu zaman yang ketika seseorang berkeliling membawa shadaqah emas, lalu ia tidak mendapati seseorang yang mau menerimanya lagi. Lalu akan terlihat satu orang laki-laki akan diikuti oleh empat puluh orang wanita, yang mereka mencari kepuasan dengannya karena sedikitnya jumlah laki-laki dan banyaknya wanita.”

atau dalam hadits lainnya, dari Anas Ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,” Di antara tanda tanda kiamat adalah berkurangnya ilmu, munculnya kebodohan, tersebarnya perzinahan, banyak wanita, dan sedikitnya laki laki sehingga lima puluh wanita mempunyai satu laki laki” (HR Bukhari)

Pengetahuan tetap ada pada Allah SWT – Mungkin kondisi ini tidak akan terjadi dalam satu waktu atau satu zaman, tetapi bersambung hingga mendekati tanda tanda besar menjelang kiamat . Tanda tandanya adalah banyak perzinaan, yang juga merupakan tanda tanda kiamat. Sedangkan, perzinaan itu tidak akan terjadi kecuali jumlah wanita lebih banyak dibanding lelaki. Akhirnya , setiap laki laki memiliki empat puluh – lima puluh wanita sebagaimana disebutkan dalam hadis tersebut.

Sumber : Asyrath As Sa’ah Al Alamat Ash Shugra wa Al Wustha, Mahir Ash Shufiy
Hukum Wanita Memakai Celana Panjang

Hukum Wanita Memakai Celana Panjang



Hasil gambar untuk Hukum Wanita Memakai Celana Panjang

Benarkah wanita dilarang memakai celana panjang tanpa memakai rok?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Allah membedakan antara lelaki dan wanita. Allah menegaskan,

وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى

“Lelaki itu tidak seperti wanita.” (QS. Ali Imran: 36)

Apa yang dinyatakan oleh Allah, itu yang sesuai keadilan dan sejalan dengan kodrat manusia. Karena itu, menyamakan antara lelaki dan wanita adalah kedzaliman dan menyimpang dari fitrah.

Diantara perbedaan itu adalah perbedaan dalam berpakaian. Pakaian lelaki berbeda dengan pakaian wanita. Bahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat lelaki yang memakai pakaian wanita dan sebaliknya.

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَعَنَ الرَّجُلَ يَلْبَسُ لُبْسَةَ الْمَرْأَةِ وَالْمَرْأَةَ تَلْبَسُ لُبْسَةَ الرَّجُلِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang berpakaian wanita dan wanita yang berpakaian laki-laki.” (HR. Ahmad 8309 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Disamping itu, pakaian wanita sama sekali tidak boleh menampakkan lekuk tubuh. Tak terkecuali bagian kaki. Sehingga harus ditutupi dengan rok atau semacamnya.

Sahabat Usamah bin Zaid Radhiyallahu ‘anhuma bercerita,

كَسَانِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُبْطِيَّةً كَثِيفَةً كَانَتْ مِمَّا أَهْدَاهَا دِحْيَةُ الْكَلْبِيُّ، فَكَسَوْتُهَا امْرَأَتِي، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَا لَكَ لَمْ تَلْبَسِ الْقُبْطِيَّةَ؟ ” قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، كَسَوْتُهَا امْرَأَتِي. فَقَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مُرْهَا فَلْتَجْعَلْ تَحْتَهَا غِلَالَةً، إِنِّي أَخَافُ أَنْ تَصِفَ حَجْمَ عِظَامِهَا

“Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pernah memberiku baju Quthbiyyah yang tebal. Baju tersebut dulu dihadiahkan oleh Dihyah Al Kalbi kepada beliau. Lalu aku berikan baju itu kepada istriku. Suatu ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menanyakanku, ‘Kenapa baju Quthbiyyah-nya tidak engkau pakai?’. Kujawab, ‘Baju tersebut aku berikan kepada istriku, wahai Rasulullah’. Beliau berkata, ‘Suruh dia memakai baju rangkap di dalamnya karena aku khawatir Quthbiyyah itu menggambarkan lekuk tubuhnya’.” (HR. Ahmad 21786 dinyatakan Syuaib al-Arnauth – bisa dinilai hasan).

Qubthiyah istilah untuk menyebut produk asal qibthi, penduduk mesir.

Dalam hadis di atas, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membiarkan Usamah bin Zaid ketika dia memberikan kain itu ke istrinya. Karena beliau memahami, kain itu jika dipakai wanita, bisa menampakkan lekuk tubuhnya.

Berdasarkan keterangan di atas, para ulama melarang wanita memakai celana tanpa ditutupi kain.

Syaikh Dr. Abdullah bin Jibrin pernah ditanya tentang hukum wanita memakai celana.

Jawaban beliau,

لا يجوز للمرأة عند غير زوجها مثل هذا اللباس لأنه يبين تفاصيل جسمها، والمرأة مأمورة أن تلبس ما يستر جميع بدنها لأنها فتنة وكل شيء يبين من جسمها يحرم إبداؤه عند الرجال أو النساء والمحارم وغيرهم إلا الزوج يحل له النظر إلى جميع بدن زوجته، فلا بأس أن تلبس عنده الرقيق أو الضيق ونحوه والله أعلم.

“Tidak boleh bagi wanita menggunakan pakaian semisal itu di hadapan lelaki yang bukan suaminya. Karena pakaian yang demikian dapat menggambarkan bentuk-bentuk tubuhnya. Dan wanita diperintahkan untuk menutup seluruh tubuhnya, karena dia adalah fitnah (godaan). Dan semua pakaian yang dapat menggambarkan bentuk tubuh wanita tidak boleh dipakai di hadapan para lelaki, atau para wanita, atau para mahram dan yang selain mereka. Kecuali suami, ia boleh melihat istrinya pada seluruh tubuhnya. Maka di hadapan suami boleh menggunakan pakaian yang ketat atau semisalnya. Wallahu a’lam.”

(Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin, 101/4)

Jika wanita memakai celana namun tidak ditutupi dengan pakaian luaran, tidak diperbolehkan. Tapi jika memakai celana panjang hanya untuk daleman dan akan ditutupi pakaian yang lain, tidak ada masalah.

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


BERBANGGALAH KAMU WAHAI WANITA ISLAM

BERBANGGALAH KAMU WAHAI WANITA ISLAM

BERBANGGALAH KAMU WAHAI WANITA ISLAM


Wanita, makhluk indah yang pernah Tuhan ciptakan. Bagaimana Akhbar Islam menjelaskan arti seorang wanita ya? Artikel tentang Wanita Islam ini bisa membuat kamu yang wanita menjadi ingat kembali kemuliaan dirimu. Dan buat kamu laki-laki, kata mutiara Islam tentang wanita membuat kamu lebih menghargai ciptaan Tuhan yang satu ini. Coba simak ya kumpulan kata mutiara Islam tentang wanita berikut ini: 

Dari seluruh hak yang dimiliki oleh wanita, yang teristimewa adalah diberi hak untuk menjadi seorang ibu.

Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutuplah pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu surga. Masuklah dari mana saja pintu yang dia kehendaki dengan tanpa dihisab.

Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita atau istri yang sholihah.

Wanita Islam, Perhatikanlah ini.. 
  1. Wanita itu Cantik
  2. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 1000 lelaki yang soleh.
  3. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seperti orang yang senantiasa menangis karena takut kepada Allah SWT dan orang yang takut Allah SWT akan diharamkan api neraka atas tubuhnya.
  4. Barang siapa yang membawa hadiah (barang atau makanan dari pasar kerumah) lalu diberikan kepada keluarganya. Maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barang siapa yang menyukai akan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail A.S
  5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya, akan tinggal bersama aku (Rasulullah SAW) di dalam surga.
  6. Barang siapa yang mempunyai tiga anak perempuan atau tiga Saudara perempuan atau dua Saudara perempuan. Lalu dia bersikap baik dalam pergaulan dengan mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggung jawab. Maka baginya adalah surga.
  7. Dari Aisyah r.a. "Barang siapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuannya lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka."
  8. Surga itu di bawah telapak kaki ibu.
  9. Apabila memanggilmu dua orang ibu bapakmu maka jawablah panggilan ibumu dahulu.
  10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu surga. Masuklah dari manapun pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
  11. Wanita yang taat pada suaminya. Semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari, bulan dan semuanya beristighfar baginya selama dia taat kepada suaminya dan rekannya (serta menjaga sholat dan puasanya).
  12. Aisyah r.a. berkata : "aku bertanya pada rasulullah SAW, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab baginda Rasul "suaminya". Lalu aku bertanya kembali “Siapa pula yang berhak terhadap anak lelaki?" jawab Rasulullah SAW "Ibunya".
  13. Perempuan apabila sholat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat pada suaminya, masuklah dia dari pintu surga mana saja yang dia kehendaki
  14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia kedalam surga lebih dahulu daripada suaminya (10.000 tahun)
  15. Apabila seorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristigfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1000 kejahatan.
  16. Apabila seorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah SWT
  17. Apabila seorang perempuan melahirkan anak, keluarlah ia dari dosa-dosa seperti keadaan bayinya yang lahir
  18. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan dari susunya diberi satu kebajikan
  19. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah SWT.
  20. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah SAW akan hal tersebut, jawab baginda : "Ibu lebih penyayang daripada Bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia”

Masihkah kita melawan ibu? Jika ia, maka minta maaflah! Jika ibumu sudah wafat, maka doakanlah! Mohonkan ampun baginya kepada Allah. Semoga kita tergolong orang-orang yang baik terhadap orangtua kita terutama ibu. Berbanggalah Kamu Wahai Wanita Islam... 

sumber : http://www.akhbarislam.com/

SAUDARIKU, MULAILAH ENGKAU BERHIJAB

SAUDARIKU, MULAILAH ENGKAU BERHIJAB


Berhijab bukanlah hal yang bisa ditoleransi atau dinegosiasikan. Kewajiban berhijab sering sekali dikaitkan dengan perkembangan zaman. Percayalah saudariku, berhijab adalah cara terbaik untuk menjaga diri dari maksiat dan juga untuk menghindarkan diri dari objek pandangan kaum adam. Berhijablah seraya kamu melakukan perintah Allah Ta'ala. 

Hijab Itu Adalah Ketaatan Kepada Allah Dan Rasul 
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya): “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak pula bagi perempuan yang mu’minah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.” (Q.S. Al-Ahzab: 36) 

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan kaum wanita untuk menggunakan hijab sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya): “Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluan-nya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Q.S An-Nur: 31) 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah.” (Q.S. Al-Ahzab: 33) 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yanga artinya): “Apabila kamu meminta suatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 53) 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 59) 

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Wanita itu aurat” maksudnya adalah bahwa ia harus menutupi tubuhnya. 

Hijab Itu ‘Iffah (Kemuliaan) 
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kewajiban menggunakan hijab sebagai tanda ‘Iffah (menahan diri dari maksiat). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.” (Q.S. Al-Ahzab: 59) 

Itu karena mereka menutupi tubuh mereka untuk menghindari dan menahan diri dari perbuatan jelek (dosa), “karena itu mereka tidak diganggu”. Maka orang-orang fasik tidak akan mengganggu mereka. Dan pada firman Allah “karena itu mereka tidak diganggu” sebagai isyarat bahwa mengetahui keindahan tubuh wanita adalah suatu bentuk gangguan berupa fitnah dan kejahatan bagi mereka. 

Hijab Itu Kesucian 
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Apabila kamu meminta suatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 53) 

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati hijab sebagai kesucian bagi hati orang-orang mu’min, laki-laki maupun perempuan. Karena mata bila tidak melihat maka hatipun tidak berhasrat. Pada saat seperti ini, maka hati yang tidak melihat akan lebih suci. Ketiadaan fitnah pada saat itu lebih nampak, karena hijab itu menghancurkan keinginan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (Q.S. Al-Ahzab: 32) 

Hijab Itu Pelindung 
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya Allah itu Malu dan Melindungi serta Menyukai rasa malu dan perlindungan” 

Sabda beliau yang lain (yang artinya): “Siapa saja di antara wanita yang melepaskan pakaiannya di selain rumahnya, maka Allah Azza wa Jalla telah mengoyak perlindungan rumah itu dari padanya.” 

Jadi balasannya setimpal dengan perbuatannya. 

Hijab Itu Taqwa 
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman(yang artinya): “Hai anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.” (Q.S. Al-A’raaf: 26) 

Hijab Itu Iman 
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berfirman kecuali kepada wanita-wanita beriman (yang artinya):“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman.” (Q.S. An-Nur: 31). 

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman (yang artinya): “Dan istri-istri orang beriman.” (Q.S. Al-Ahzab: 59) 

Dan ketika wanita-wanita dari Bani Tamim menemui Ummul Mu’minin, Aisyah radhiyallahu anha dengan pakaian tipis, beliau berkata: “Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.” 

Hijab Itu Haya’ (Rasa Malu) 
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” 

Sabda beliau yang lain (yang artinya):“Malu itu adalah bagian dari iman dan iman itu di surga.” 

Sabda Rasul yang lain (yang artinya): “Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.” 

Hijab Itu Perasaan Cemburu 
Hijab itu selaras dengan perasaan cemburu yang merupakan fitrah seorang laki-laki sempurna yang tidak senang dengan pandangan-pandangan khianat yang tertuju kepada istri dan anak wanitanya. Berapa banyak peperangan terjadi pada masa Jahiliyah dan masa Islam akibat cemburu atas seorang wanita dan untuk menjaga kehormatannya. Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu berkata: “Telah sampai kepadaku bahwa wanita-wanita kalian berdesak-desakan dengan laki-laki kafir orang ‘ajam (non Arab) di pasar-pasar, tidakkah kalian merasa cemburu? Sesungguhnya tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak memiliki perasaan cemburu.” 

Beberapa Syarat Hijab Yang Harus Terpenuhi: 

1. Menutupi seluruh anggota tubuh wanita -berdasarkan pendapat yang paling kuat. 2. Hijab itu sendiri pada dasarnya bukan perhiasan. 3. Tebal dan tidak tipis atau trasparan. 4. Longgar dan tidak sempit atau ketat. 5. Tidak memakai wangi-wangian. 6. Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir. 7. Tidak menyerupai pakaian laki-laki. 8. Tidak bermaksud memamerkannya kepada orang-orang. 

Jangan Berhias Terlalu Berlebihan(Tabarruj) 
Bila anda memperhatikan syarat-syarat tersebut di atas akan nampak bagi anda bahwa banyak di antara wanita-wanita sekarang ini yang menamakan diri sebagai wanita berjilbab, padahal pada hakekatnya mereka belum berjilbab. Mereka tidak menamakan jilbab dengan nama yang sebenarnya. Mereka menamakan Tabarruj sebagai hijab dan menamakan maksiat sebagai ketaatan. 

Musuh-musuh kebangkitan Islam berusaha dengan sekuat tenaga menggelincirkan wanita itu, lalu Allah menggagalkan tipu daya mereka dan meneguhkan orang-orang Mu’min di atas ketaatan kepada Tuhannya. Mereka memanfaatkan wanita itu dengan cara-cara kotor untuk memalingkannya dari jalan Tuhan dengan memproduksi jilbab dalam berbagai bentuk dan menamakannya sebagai “jalan tengah” yang dengan itu ia akan mendapatkan ridha Tuhannya -sebagaimana pengakuan mereka- dan pada saat yang sama ia dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan tetap menjaga kecantikannya. 

Kami Dengar Dan Kami Taat 
Seorang muslim yang jujur akan menerima perintah Tuhannya dan segera menerjemahkannya dalam amal nyata, karena cinta dan perhomatannya terhadap Islam, bangga dengan syariat-Nya, mendengar dan taat kepada sunnah nabi-Nya dan tidak peduli dengan keadaan orang-orang sesat yang berpaling dari kenyataan yang sebenarnya, serta lalai akan tempat kembali yang ia nantikan. Allah menafikan keimanan orang yang berpaling dari ketaatan kepada-Nya dan kepada rasul-Nya:“Dan mereka berkata: “Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami menaati (keduanya).” Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.” (Q.S. An-Nur: 47-48) 

Firman Allah yang lain (yang artinya): “Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapatkan kemenangan.” (Q.S. An-Nur: 51-52) 

Dari Shofiyah binti Syaibah berkata: “Ketika kami bersama Aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata: “Saya teringat akan wanita-wanita Quraisy dan keutamaan mereka.” Aisyah berkata: “Sesungguhnya wanita-wanita Quraisy memiliki keutamaan, dan demi Allah, saya tidak melihat wanita yang lebih percaya kepada kitab Allah dan lebih meyakini ayat-ayat-Nya melebihi wanita-wanita Anshor. Ketika turun kepada mereka ayat: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.” (Q.S. An-Nur: 31) Maka para suami segera mendatangi istri-istri mereka dan membacakan apa yang diturunkan Allah kepada mereka. Mereka membacakan ayat itu kepada istri, anak wanita, saudara wanita dan kaum kerabatnya. Dan tidak seorangpun di antara wanita itu kecuali segera berdiri mengambil kain gorden (tirai) dan menutupi kepala dan wajahnya, karena percaya dan iman kepada apa yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya. Sehingga mereka (berjalan) di belakang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dengan kain penutup seakan-akan di atas kepalanya terdapat burung gagak.” 

Dinukil dari Kitab “Al Hijab” Departemen Agama Arab Saudi
sumber : http://www.akhbarislam.com/

CURHAT SEORANG AKHWAT: KETIKA MERASAKAN CINTA

CURHAT SEORANG AKHWAT: KETIKA MERASAKAN CINTA

Curhat Seorang Akhwat: Ketika Merasakan Cinta
Cinta merupakan anugrah dari yang Maha Kuasa...
Ketika Akhwat Merasakan Cinta... 
Tak sedikit akhwat yang terusik keimanannya terhadap Rabb-nya karena cinta kepada manusia...
Berikut ini adalah curhat seorang akhwat ketika sedang jatuh cinta...

Akhwat merasakan cinta...

Tak ada yang aneh, mereka juga adalah manusia.
Bukankah cinta adalah fitrah manusia?
Tak pantaskah akhwat jatuh cinta?
Mereka juga punya hati dan rasa...

Tapi tahukah kalian betapa berbedanya mereka saat cinta seorang lelaki menyapa hatinya?

Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu di wajah, tak ada buncah suka di dada...

Namun sebaliknya...

KETIKA AKHWAT MERASAKAN CINTA...



Yang mereka rasakan adalah penyesalan yang amat sangat, atas sebuah hijab yang tersingkap.

Ketika lelaki yang tak halal baginya, bergelayut dalam alam fikirnya, yang mereka rasakan adalah ketakutan yang begitu besar akan cinta yang tak suci lagi..

Ketika rasa rindu mulai merekah di hatinya, yang mereka rasakan adalah kesedihan yang tak terperih akan sebuah asa yg tak semestinya..

Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu..

Yang ada adalah malam-malam yang di penuhi air mata penyesalan atas cintaNya yang ternodai..

Yang ada adalah kegelisahan, karena rasa yang salah arah..

Yang ada adalah penderitaan akan hati yang mulai sakit..

Saat akhwat merasakan cinta...

Bukan harapan untuk bertemu yang mereka nantikan, tapi yang ada adalah rasa ingin menghindar dan menjauh darinya...

Tak ada kata-kata cinta, dan rayu... Yang ada adalah kekhawatiran yang amat sangat...

akan hati yang mulai merindukan lelaki yang belum halal atau bahkan tak akan pernah halal baginya...

Ketika mereka merasakan cinta, maka perhatikanlah,

kegelisahan di hatinya yang tak mampu lagi memberi ketenangan di wajahnya yang dulu teduh...

Mereka akan terus berusaha mematikan rasa itu bagaimanapun caranya...

Bahkan kendati dia harus menghilang, maka itu pun akan mereka lakukan...

Alangkah kasihannya jika akhwat jatuh cinta... Karena yang ada adalah penderitaan...

Tapi ukhti.. Bersabarlah.. Jadikan ini ujian dari Rabb-mu..

Matikan rasa itu secepatnya...

Pasang tembok pembatas antara kau dan dia...

Pasang duri dalam hatimu agar rasa itu tak tumbuh bersemai...

Cuci dengan air mata penyesalan akan hijab yang tersingkap...

Putar balik kemudi hatimu, agar rasa itu tetap terarah pada Rabb-mu...

Pupuskan rasa rindu padanya dan kembalikan dalam hatimu rasa rindu akan cinta Rabb-mu..

Ukhti.. Jangan khawatir kau akan kehilangan cintanya... Karena bila memang kalian di takdirkan bersama,

maka tak akan ada yang dapat mencegah kalian bersatu..

Tapi ketahuilah, bagamanapun usaha kalian untuk bersatu, jika Allah tak menghendakinya,
maka tak akan pernah kalian bersatu..

Ukhti.. Bersabarlah.. Biarkan Allah yg mengaturnya.. Maka yakinlah.. Semuanya akan baik-baik saja..

Sumber : Catatan Ummu Sa'ad 'Aztriana'
http://www.akhbarislam.com/

PEREMPUAN ISLAM: KEHEBATAN SEORANG WANITA

PEREMPUAN ISLAM: KEHEBATAN SEORANG WANITA

Kehebatan Seorang Wanita dalam pujuk rayu tidak dapat disangkal lagi. Tidak ada perempuan yang tidak mahirdalam seni ini. Kaum lelaki boleh dipujuk dan dirayu untuk melakukan apa sahaja mengikut kehendaknya.


* Beberapa contoh keruntuhan empayar yang dibina oleh lelaki disebabkan daya pujukan wanita : 
  1. Napoleon Bonarparte dan Josephine.
  2. Anthony dan Cleopatra
  3. Hitler dan Matahari
  4. Samson dan Delila
  5. Abu Lahab dan Hendon

* Beberapa contoh wanita yang menjadi kekuatan kepada kepimpinan seorang lelaki sehingga berjaya mengatasi segala ujian dan cabaran tanpa melemahkan semangat juang mereka dalam menegakkan kebenaran dan kekuatanagama : 
  1. Nabi Muhammad saw dan Siti Khadijah serta isteri-isteri beginda yang lain.
  2. Nabi Ayub dan Siti Rahmah.
  3. Nabi Ibrahim dan Siti Sarah serta Siti Hajar.
  4. dan banyak contoh lagi orang-orang muslim yang lain.

KUASA KEJELITAAN PEREMPUAN 

* Hal ini diketahui oleh semua orang. Kejelitaan perempuan boleh menumbangkan ramai lelaki hingga banyak yang terarah melakukan perkara-perkara yang tidak wajar. Sebaliknya kuasa jelita yang ada pada kaum muslimah boleh menimbulkan kecintaan yang tinggi terhadap Allah di mana seorang isteri boleh mempengaruhi suami dalam hal-hal yang diredhai Allah. 

KUASA LAYANAN PEREMPUAN 

* Kaum lelaki mudah goyah dan alah dengan layanan yang baik, apa lagi dari perempuan yang sangat dikasihi seperti isteri dan ibu. Layanan baik yang disalurkan kepada orang yang berhak menerimanya, bukan sahaja mendatangkan keredhaan Allah tetapi memungkinkan apa yang diminta akan dipenuhi dengan mudah. 

KUASA DOA PEREMPUAN 

* Doa perempuan lebih makbul dari lelaki kerana sifat penyayangnya lebih kuat dari lelaki. Sebagaimana hadith Rasulullah saw : 

"Doa ibu itu lebih cepat makbul." Orang bertanya
:"Kenapa ya Rasulllah ?" 
Jawab baginda : "Ibu lebih penyayang dari bapa dan doa dari orang yang penyayang tidak akan sia-sia." 


KUASA TAQWA PEREMPUAN 

* Ketaqwaan adalah kuasa paling sempurna dan terbaikdalam menangani apa jua masalah. Orang yang paling bertaqwa adalah orang yang paling dikasihi Allah. Allah tidak akan membiarkan orang yang dikasihiNya
melainkan dipelihara serta sentiasa dirahmatiNya. 

* Kuasa taqwa lebih mudah diperolehi oleh perempuan berbanding lelaki kerana kehalusan budi yang ada pada perempuan adalah merupakan penjara daripada melakukan hal-hal yang mendatangkan dosa. Berbanding lelaki yang sebahagian hidupnya berada di luar rumah serta terdedah kepada pelbagai godaan, cubaan dan ujian. Akhbar Islam

* Kekuasaan taqwa ini pula oleh kemuliaan yang diberikan oleh Allah swt sehingga setiap lelaki pasti memerlukan perempuan untuk menghirupkan udara ini atau dalam perkataan lain setiap lelaki pasti dilahirkan
oleh perempuan kecuali Nabi Adam a.s. Sekuat-kuat lelaki, kuat lagi perempuan kerana lelaki itu sendirinya datang dari perut perempuan yang menghamilkannya dan melahirkannya ke dunia, kemudian menatih, mendidik, memelihara dari kecil hingga dewasa. 

* Kemuliaan perempuan akan lebih nyata, jika ditambah dengan ketaatan kepada kaum lelaki yang berhak atasnya sebagaimana maksud hadis Rasulullah saw : 

"Perempuan yang taat kepada suaminya, semua burung di udara, ikan di air, malaikat di langit, matahari dan bulan : semuanya beristighfar baginya (isteri) selagi mana ia masih taat kepada suaminya dan diredhainya (serta menjaga solat dan puasanya)."

Perempuan Islam: Kehebatan Seorang Wanita 

sumber : http://www.akhbarislam.com/